Tuesday, July 29, 2025


Assalamu'alaikum, Gaes. 
Apa kabar? Jumpa lagi bersama saya dengan cerita yang berbeda. Kali ini saya akan membagikan cerita tentang pengalaman membuat Qatar ID (QID).

Sebagai calon penduduk tetap Qatar,  kami punya kewajiban untuk memegang QID sebagai kartu identitas resmi. Oleh karena itu, setelah dua minggu disini dan setelah mendapatkan informasi akhirnya kami mencoba untuk mengurusnya.

Ada dua tahap pembuatan QID, yaitu:
Tahap pertama, medical check up.
Tahap kedua, finger print.

Untuk tahap pertama, sekitar tanggal 21 Juli kami berangkat untuk medical check up di Medical Commision di Doha.

Rencananya kami ingin datang pagi-pagi sekali, tapi karena suatu dan lain hal kami baru sampai disana sekitar pukul 07.30 dimana suasananya sudah sangat ramai.

Awalnya saya mengira suami akan menemani saya dan anak-anak masuk. Namun, di pintu masuk bertuliskan family (female) kami harus berpisah. Akhirnya saya sendirian masuk karena petugas di depan menjelaskan kalau anak-anak di bawah 15 tahun tidak perlu melakukan medical check up. 

Petualangan pun dimulai. Pertama memasuki ruangan saya sempat dibuat terbengong-bengong dengan suasana yang begitu ramai. Melihat panjangnya antrian dan hilir-mudiknya orang yang tidak satupun saya kenal, ditambah pula dengan asal mereka yang dari macam-macam negara, membuat saya sedikit bingung. 

Toleh kiri kanan, akhirnya saya beranikan diri untuk bertanya kepada salah seorang petugas, seorang perempuan afrika bertubuh cukup subur dan berkerudung. Dia menyuruh saya untuk ikut mengantri. Antrian yang panjang sempat membuat saya berpikir, "wah bakalan lama ini." Ternyata tidak juga. 

Petugas-petugas yang ada begitu sigap mengatur antrian. Mereka pun mendahulukan ibu-ibu tua. Tidak ada yang rusuh atau berani menyerobot antrian. Akhirnya tiba giliran saya di depan loket pendaftaran. Sebelumnya saya sudah dibekali kartu ATM oleh suami untuk membayar biayanya sebesar 100 QAR. 

Oh ya, syarat pendaftaran medical check up adalah paspor asli dan visa saja. Setelah membayar, saya mendapat selembar surat keterangan yang memberitahukan proses apa saja yang harus saya jalani selama medical check up, yaitu Blood Drawing (pengambilan darah) di Laboratorium dan X-Ray.

Sepengalaman saya, memang kita tidak boleh malu dan takut bertanya kepada petugas-petugas yang ada. Walaupun mereka berwajah dingin dan minim senyuman, tapi mereka akan memberi informasi setiap kita bertanya. Disini saya jadi merasa bersyukur banget dan bangga sebagai orang Indonesia yang terkenal dengan keramah-tamahannya.

Di bagian pengambilan sampel darah terdapat dua meja, jadi antrian yang panjang tidak menumpuk dan lama karena ada dua petugas.

Sambil menunggu giliran, saya pun memperhatikan keadaan sekitar. Sempat berbasa-basi dengan seorang pengantri juga dari Ethopia. Ternyata dia sedang hamil sehingga kami berpisah karena dia harus masuk di ruangan yang berbeda.

Tibalah giliran saya. Di satu ruangan terdapat dua orang tenaga laboratorium yang mengambil darah. Mereka orang Philipina yang kelihatannya asyik sekali mengobrol. Sambil mengambil darah para pasien, mereka tak juga menghentikan obrolan. Semoga tidak ada yang salah atau tertukar sampel darahnya. 

Selesai dari pengambilan darah. Saya lanjut mengantri di bagian X-Ray. Disini saya bersebelahan dengan seorang perempuan asal Uganda. 

Sambil mengantri saya dibuat senyum-senyum sendiri dengan aksi para petugas. Seorang petugas, ibu-ibu berbaju gamis dan bercadar berjalan kesana kemari memastikan antrian tertib dan berjalan lancar sambil mengucapkan, "yalla...yalla...." 

Belakangan saya baru tahu kalau itu artinya ayo/cepat. Terdengar seperti marah tapi ternyata tidak demikian. Selama di bagian X-Ray rasanya mirip-mirip barak militer. Kita dipaksa bergerak cepat dan tidak boleh lelet sedikitpun. Karena kalau tidak, madam yalla yalla akan berteriak bahkan membentak.

Di bagian X-Ray inilah saya bertemu seorang berwajah Indonesia. Mbak-mbak asal Cianjur yang bekerja sebagai asisten rumah tangga. Katanya dia sudah sebulan di Qatar. Kami mengobrol lumayan banyak selama proses ganti baju di ruangan X-Ray. 

Seperti sudah kenal lama, Mbak Linda namanya, sampai curhat kalau sebenarnya tidak betah tapi dia mencoba bertahan dan kuat setiap teringat anaknya di kampung. 

Semoga Mbak Linda sehat-sehat selalu dan hidup nyaman bersama majikan yang baik. Kami pun sempat bertukar nomor HP sebelum berpisah dan dia sekali menelepon saya saat sedang dalam perjalanan pulang.

Di ruangan X-Ray saat tiba giliran saya, seorang petugas berjubah lab putih menanyakan nama dan asal sambil memegang surat keterangan yang saya serahkan. "Philipine or Indonesia?" Saya jawab dengan lantang, "Indonesia." 

Dia pun memberikan aba-aba, "tarik napas!" membuat saya lagi-lagi tersenyum bangga menjadi orang Indonesia. Sebegitu dikenalnya negara kita karena tidak sedikit orang Indonesia yang bekerja di Qatar. Sampai-sampai si ibu petugas itu pun bisa sedikit-sedikit berbahasa Indonesia.

Alhamdulillah selesai sudah proses X-Ray. Melawati madam yalla yalla, saya pun bertanya, apalagi setelah ini? "Finish. You may go home. Bye bye."

Saya pun berterimakasih dan mengucap, "Assalamu'alaikum." Dia pun menjawabnya dan saya yakin dengan senyuman.

Alhamdulillah lega. Tahap pertama selesai. Lanjut ke tahap kedua.

Bersambung......












Silvie's Notes . 2019 Copyright. All rights reserved || Kontak Kami : silvia.destriani@gmail.com.