𝗔𝘄𝗮𝗹𝗻𝘆𝗮 𝗣𝗲𝗻𝗮𝘀𝗮𝗿𝗮𝗻, 𝗔𝗸𝗵𝗶𝗿𝗻𝘆𝗮 𝗕𝗶𝗸𝗶𝗻 𝗡𝗮𝗴𝗶𝗵
Ketika awal-awal tinggal di Qatar, antrean mobil di sebuah kedai kecil pinggir jalan sempat membuatku penasaran. Kukira mereka menjual shawarma, burger, atau fast food lainnya. Tapi ternyata... mereka rela antre panjang hanya demi secangkir teh. Ya, teh! Namanya karak.
Karak adalah minuman yang sangat populer di Qatar dan negara-negara Teluk lainnya. Sekilas mirip teh tarik, tapi rasanya lebih kuat dan aromatik. Terbuat dari teh hitam yang dimasak dengan susu evaporasi dan rempah seperti kapulaga, kadang juga ditambah jahe atau saffron. Diseduh lama hingga kental dan harum, lalu disajikan panas-panas di gelas plastik mungil atau cangkir kecil. Murah meriah, hanya 1–2 riyal saja.
Awalnya aku masih skeptis. “Masa teh aja sampai antre segitunya?” pikirku. Tapi rasa penasaran itu akhirnya terbayar di suatu sore.
“Mampir dulu, ya, beli karak,” kata suamiku saat kami pulang dari belanja di supermarket. Ternyata dia sudah menyiapkan termos kecil dari rumah.
“Kalau di sini begitu, Bun. Gak perlu turun. Tinggal kasih termos, nanti diisi,” katanya santai.
Kami pun parkir di kedai kecil yang sering kulirik itu. Seorang pelayan menghampiri dan menerima termos kami. Kulihat ia bolak-balik melayani pembeli yang rata-rata cuma beli secangkir karak. Bukan main.
Tak lama, termos kami pun kembali dengan isian karak panas. Ukurannya cukup untuk 4–5 cangkir kecil. Begitu aku seruput pertama kalinya… wow. Hangat, manis, creamy, dan ada jejak rasa rempah yang menenangkan. Kukira hanya teh manis biasa, ternyata rasanya unik dan “nempel” di lidah.
Langsung paham kenapa minuman ini begitu digemari. Bahkan ada yang bilang, hari belum lengkap tanpa karak.
Sejak saat itu, kami pun jadi penggemar karak. Hampir setiap jalan sore, kami sempatkan mampir beli. Suamiku bahkan pernah cari resepnya, berniat bikin sendiri di rumah—meski, seperti biasa, niat itu akhirnya kandas karena rasa mager.
Minum karak bukan cuma soal rasa, tapi juga soal momen. Kami bisa ngobrol santai sambil nyeruput hangatnya, memandangi sunset, atau sekadar jeda dari rutinitas harian.
Kini aku mengerti, kenapa secangkir karak bisa membuat orang betah antre.
Ini karakku. Mana karakmu?
Qatar, 18 Agustus 2025