Monday, August 25, 2025

Kalau ditanya, "Apa yang paling kamu rindukan selama tinggal di Qatar? Jawabannya tentu saja orang tua dan ... semangkuk mie ayam.

Dulu, saat kami masih tinggal di Jogja, rasanya hampir tiada hari tanpa mie ayam. Saking cintanya, hampir semua warung mie ayam di kota itu sudah pernah kami coba. Selain karena harganya yang bersahabat, cukup 7–10 ribu per mangkuk—variasinya pun banyak. Dan yang paling kami suka adalah rasanya gak ada yang gagal. Semuanya enak, hanya beda level kelezatannya saja.

Karena itulah, rasa rindu terhadap mie ayam makin menjadi. Dan kemarin, berbekal nekat, rasa kangen, rasa penasaran, dan tentu saja bantuan resep dari YouTube, aku pun memberanikan diri mencoba membuatnya sendiri.


Awalnya aku agak ragu. Bisa tidak, ya, bikin mie ayam yang beneran enak? Tapi keraguan itu perlahan sirna, terutama setelah anak-anak dan ayahnya—yang juga sama kangennya—mulai menyuap dan berkomentar.

“Enak, Bun, kayak mie ayam yang suka kita makan itu, loh!” ujar si bungsu sambil mengangguk puas, diamini oleh sang kakak.

Tak puas hanya dengan pujian anak-anak, aku bertanya pada suamiku:

“Kalau dibandingkan dengan mie ayam yang biasa kita makan di Jogja, ini mirip yang mana, Yah?”

Dia tersenyum sambil tetap mengunyah, lalu menjawab, “Ini sih kayak mie ayam Wonogiri.”

Wah! Dapat pujian bertubi-tubi begitu rasanya bikin melayang. Padahal ini percobaan pertamaku bikin mie ayam dari nol. Tapi ternyata berhasil, dan ini suatu pencapaian yang layak dibanggakan.

Sekarang, setiap lihat teman-teman di Indonesia posting foto mie ayam, aku sudah tidak cuma bisa ngiler. Di Qatar pun, aku bisa menikmati semangkuk mie ayam yang lezat—lebih istimewa lagi, karena hasil masakanku sendiri.


Qatar, 19 Agustus 2025


Silvie's Notes . 2019 Copyright. All rights reserved || Kontak Kami : silvia.destriani@gmail.com.