Monday, August 25, 2025

Anak-anak baru akan masuk sekolah awal bulan depan. Artinya, mereka masih harus bersabar menghabiskan tiga minggu lagi di rumah. Sayangnya, untuk sekadar bermain di halaman atau bersepeda keliling kompleks pun rasanya mustahil. Musim panas di Qatar sedang garang-garangnya—panas menyengat dan angin kencang menjadi kombinasi yang cukup membuat nyali ciut.


Karena itu, Sabtu lalu kami mencari ide aktivitas yang menyenangkan, tapi tetap nyaman di tengah cuaca ekstrem. Kebetulan anak-anak sudah lama merengek ingin memelihara kucing lagi, dan kami pun punya alasan yang lebih spesial. Hari itu bertepatan dengan hari lahir si sulung, dan empat hari sebelumnya si bungsu juga baru bertambah usia. Akhirnya, sebagai hadiah, kami memutuskan untuk membawa mereka ke Kitty Cafe—sebuah kafe yang menjadi surga kecil bagi para pecinta kucing.

Kitty Cafe bukan satu-satunya kafe kucing di Qatar, tapi kami memilihnya karena punya lahan parkir luas dan letaknya tepat di Corniche dengan pemandangan pinggir laut yang menawan. 

Namun, perjalanan dari mobil ke kafe tidak berlangsung mulus. Angin pagi itu bertiup kencang luar biasa, sampai kami harus menahan jilbab dan baju agar tidak terbang-terbang memalukan. Serasa sedang syuting iklan deterjen dengan efek angin super.

Begitu sampai, kami disambut ramah oleh pramuniaga yang langsung menawarkan paket minuman untuk menemani sesi bermain kucing. Setelah memesan dan mendapatkan kantong plastik penutup sepatu (demi menjaga sterilitas ruangan), kami pun masuk ke area utama. Di situlah para “artis” menunggu. Ada puluhan kucing berbagai ras, mulai dari Persia, British Short Hair, hingga campuran lokal yang semuanya tampak sehat, bersih, dan super manja.

Anak-anak langsung berubah jadi pawang kucing dadakan. Ada yang mengelus, memeluk, menggendong, sampai duduk diam berharap kucingnya mendekat. Beberapa kucing agresif minta jatah snack, yang lainnya anggun dan kalem menunggu giliran dijamu. Tidak ada drama dicakar atau dikejar-kejar. Semua kucing tampak sangat terbiasa berinteraksi dengan pengunjung—terutama anak-anak.

Waktu sejam terasa sangat cepat. Anak-anak masih asyik membelai satu per satu, sementara kami—orang tua mereka—mulai memandangi jam. Saat kami mengajak pulang, tentu saja muncul rengekan pamungkas.

“Bawa pulang satu, ya, Bun ….”

Aduh, tentu saja tidak semudah itu. Saya masih ingat betul bagaimana repotnya dulu di Jogja saat kami sempat memelihara beberapa kucing. Vaksin, makanan khusus, kebersihan kandang, ongkos penitipan kalau kami bepergian, dan tentu saja biaya berobat saat sakit. Belum lagi kucing-kucing mahal ini perlu perawatan ekstra. Jadi, kali ini kami cukup bermain saja.

“Kalau kangen main kucing, kita ke sini lagi, ya,” ujarku sambil menggandeng mereka keluar kafe.

Anak-anak pun akhirnya menyerah, masih sambil sesekali menoleh ke dalam ruangan. Liburan belum usai, tapi momen kecil seperti ini cukup membuat mereka tersenyum lebar.

Qatar, 20 Agustus 2025


Silvie's Notes . 2019 Copyright. All rights reserved || Kontak Kami : silvia.destriani@gmail.com.